Keuskupan Sibolga

Latest Post

 



Minggu Adven IV

Panggilan Yusuf dan Ketulusannya

Matius 1,18-25

21 Desember 2025

****************************************

 

Adalah Richard, seorang anak berusia tujuh tahun. Dia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Tiga hari sebelum perayaan Natal, ibunya meminta bantuannya untuk menyemirkan sepatunya agar pantas ke Gereja.

Richard memenuhi permintaan ibunya. Seusai menyemir, Richard memberikan sepatu itu kepada ibunya untuk dilihat apakah sudah bersih dan mengkilat atau belum. Ibunya sangat senang melihat pekerjaan Richard. Ibunya memberikan hadiah kepadanya uang Rp. 50.000.

Pada hari Natal, di saat ibunya mengenakan sepatu itu di kaki kanannya, ibu jari kakinya merasakan ada benda keras yang terganjal di ujung sepatunya. Dia membuka kembali sepatunya dan mengambil benda yang terganjal di ujung sepatunya. Ternyata dia menemukan uang Rp. 50.000 yang terbungkus dalam sepotong kertas. Dalam kertas itu tertulis kata-kata ini: “Mama, saya mengembalikan uang ini kepada Mama. Saya menyemir sepatu mama karena saya mencintai Mama”. Di akhir kata-katanya, ada tanda tangan dan tertulis nama Richard.

*********************

Bagi saya, ketika Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang suci hatinya”, Yesus pasti sedang berbicara mengenai orang-orang seperti Richard, si kecil yang masih berusia tujuh tahun ini. Yesus berbicara mengenai orang-orang yang melakukan sesuatu tanpa dinodai oleh keinginan yang buruk. Hati orang-orang demikian tidak terbagi. Orang-orang demikian memiliki hati yang tulus dan murni. Mereka melakukan melakukan sesuatu bukan untuk dilihat dan dipuji orang lain atau untuk mendapatkan imbalan yang sepadan, melainkan semata-mata demi cinta mereka kepada orang-orang yang dicintai dan terutama untuk Allah. Karena alasan inilah, maka orang-orang yang berhati murni dan tulus akan melihat Allah.

********************************

Yosef adalah manusia yang berhati tulus dan murni. Dia dipanggil Allah dengan cara yang sangat unik, yaitu menjadi ayah bagi Anak yang bukan berasal dari darah dan dagingnya serta menjadi suami Maria. Namun, di masa persiapan untuk peresmian perkawinan mereka, Yosef mengetahui bahwa Maria, tunangannya sudah mengandung.

Kita pasti berpikir bahwa Yosef pasti akan menceraikan Maria karena dia merasa ditipu oleh Maria. Namun Matius menegaskan bahwa Yosef bermaksud menceraikan Maria bukan karena merasa tertipu, melainkan karena alasan yang lain sama sekali, yaitu karena “Yosef adalah orang yang tulus hati”: hatinya sungguh tulus dan murni.

Maksud Matius ketika berkata bahwa Yosef adalah orang yang tulus hati adalah sebagai berikut:

 

o   Setelah mengetahui bahwa Maria mengandung secara ajaib (hal ini pasti diketahuinya dari Maria sendiri), pada saat itulah dia menyadari bahwa Allah mempunyai rencana istimewa terhadap Maria dan anak-Nya.

o   Dia melihat peristiwa kehamilan Maria semata-mata dalam konteks rencana Allah. Dia berkata: Yesus adalah Anak Allah dan Maria, ibunya memiliki tempat istimewa di hadapan Allah.

o   Dia sadar bahwa dia tidak memiliki tempat di hadapan Allah dan rencana-Nya. Karena alasan inilah, dia berusaha menyingkir. Dia merasa tidak berhak untuk menjadi ayah bagi Anak yang berasal dari Allah.

 

Secara manusiawi, keputusan Yosef untuk menyingkir ini dinilai paling tepat. Namun keputusan itu tidak sesuai dengan rencana Allah. Di saat keputusannya sudah bulat, Allah turun tangan. Dalam mimpi, Allah menunjukkan jalan baru kepadanya, yaitu jalan penyerahan diri yang utuh kepada-Nya.

 

o   “Yosef, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu sebab (memang) anak yang didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (tetapi) ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus”.

 

Kalimat yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:

 

“Yosef, engkau bingung menerima Maria sebagai isterimu? Engkau berpikir bahwa Allah tidak membutuhkanmu? Hai Yosef, engkau dibutuhkan Allah sebagai ayah bagi Anak-Nya. Dengan demikian Anak itu akan termasuk keturunan Daud, sebab engkau sendiri keturunan raja itu. Inilah peranan yang disediakan Allah bagimu. Maukah engkau menerimanya?

Bukankah karya Allah tidak terduga? Yosef berpikir, inilah panggilan saya: Menjadi ayah bagi Anak Maria dan menjadi suami bagi ibu-Nya.

Berkat keputusan Yosef yang tulus dan murni hatinya ini, rencana Allah akan terlaksana. Anak Maria menjadi Anak Daud, Anak Abaraham. Nubuat nabi Yesaya menjadi kenyataan dan umat manusia memperoleh seorang Penyelamat yang akan membebas dan menyelamatkannya dari kuasa dosa.

Yosef sungguh-sungguh beriman. Ketulusan dan kemurnian hatinya tampak cemerlang dan agung. Dia mencapai puncak ketulusandan kemurnian hatinya ketika menerima tawaran Allah berkenaan dengan lahirnya seorang Anak yang tidak ber-ayah, yang sangat dicela manusia zaman dahulu. Apabila diperbandingkan dengan peranan Maria: Maria taat kepada Allah, sebab dia menerima dalam rahimnya Anak Allah yang Mahatinggi. Yosef taat kepada Allah sebab dia bersedia menjadi ayah bagi Anak itu.

 

o   Dapatkah iman sejati dipisahkan dari ketaatan?

o   Dalam iman dan ketaatan, Yosef sadar bahwa Maria tidak akan pernah menjadi miliknya sebab Maria dan anak-Nya adalah milik Allah.

o   Namun Yosef juga sadar bahwa Dia harus berada di pos yang ditentukan Allah baginya. Dia seorang beriman yang taat.

 

Sikap Yosef di hadapan Allah, Putranya dan Maria memperlihatkan bahwa dia bukanlah pribadi yang naif dan pasif. Sesungguhnya Malaikat Allah tidak banyak memberikan bantuan kepadanya untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Malaikat hanya memberikan saran. Namun Dia memilih kehendak Allah, walaupun tidak jelas baginya. Dia menuruti hati Allah.

Sikap Yosef mengajarkan kita bahwa:

 

o   Semua harapan dan rencana hidup kita tidak selalu jelas dan tepat. Kita tidak sadar/lupa bahwa Allah menyediakan sesuatu bagi kita yang tidak pernah terpikirkan. Apabila kita beriman kepada-Nya, kita harus selalu terbuka terhadap aneka kemungkinan yang tidak terduga.

o   Ingatlah: Allah tidak pernah berhenti melakukan sesuatu yang menakjubkan dalam hidup kita. Allah selalu turun tangan dalam kehidupan kita dalam wujud yang tidak mencolok.

o   Yakinkanlah diri kita: ada banyak persoalan yang tidak mampu kita atasi, namun Allah akan selalu memberdayakan kita; ada banyak hal yang menurut kita mustahil akan terjadi, namun Allah menjadikannya sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

o   Yakinlah juga bahwa harta terindah dalam diri kita adalah kejujuran dan ketulusan. Senjata terkuat adalah kesabaran dan kekayaan yang termulia adalah komunikasi dengan Allah dalam doa supaya kita bisa mengerti setia maksud Allah dalam diri kita.

 

Kita semua adalah orang-orang yang dipanggil Allah untuk tugas tertentu. Tidak jarang, tugas yang diberikan Allah itu terasa berat dan sama sekali tidak menarik.. sama seperti tugas yang diberikan sang ibu kepada Richard anaknya (tidak disukai oleh anak-anak, apalagi anak-anak zaman sekarang)... sama seperti Yosef, kita suka mencari akal untuk meninggalkannya secara diam-diam. Jika kita sungguh beriman kepada Allah, bolehkah kita melarikan diri dari tugas-tugas demikian?

 

Selamat Bermenung...

Salam Kasih....

Buona Giornata...

Dio Ti Benedica...

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

 

 

Bac. I Yesaya 35:1-6a.10

Mazmur 146: 7.8.9a.9b.-10

Bac. II Yakobus 5:7-10

Matius 11:2-1

Minggu, Pekan III Adven, Tahun A

14 Desember 2025

“Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku”

(Matius 11:6)

**************************

Seorang anak lelaki duduk bersama kakeknya di baranda sebuah rumah pertanian. Mereka mendengar deru suara mobil yang sedang menuruni jalan becek yang jarang dilalui, dekat rumah pertanian tersebut. Ketika pengemudi mobil melihat mereka berada di baranda depan, dia berhenti untuk menanyakan arah jalan menuju kota terdekat.

Setelah mendengar petunjuk arah dari orang tua itu, si pengemudi kembali ke mobilnya. Setelah berjalan beberapa saat, dia berbalik dan dengan sikap canggung bertanya kembali kepada orang tua itu. “Kakek, katakan kepada saya, orang macam apakah yang tinggal di sekitar sini?

Kakek tua itu bertanya, “Mengapa bapak bertanya demikian?

Setelah mendekat beberapa langkah, si pengemudi berkata, “Saya baru saja meninggalkan sebuah kota. Masyarakatnya sangat sombong. Saya belum pernah berjumpa dengan manusia yang tidak bersahabat seperti mereka dalam kehidupan saya. Saya hidup di kota itu selama setahun. Saya tidak pernah merasa diri sebagai bagian dari mereka.”

Kakek tua itu menjawab, “Saya kira, seperti itu jugalah keadaan yang akan engkau alami pada masyarakat di sekitar ini.”

Si pengemudi itu mengucapkan selamat tinggal dan akhirnya berjalan lewat. Cucunya terheran-heran, namun tidak berkata apa pun kepada kakeknya.

Beberapa jam kemudian, mobil lain berhenti di depan rumah pertanian. Pada saat itu, anak laki-laki masih duduk bercerita dengan kakeknya. Pengemudinya, seorang wanita. Dengan senyum ramah di wajahnya, dia bergerak mendekati baranda dan menanyakan arah jalan menuju kota yang sama. Setelah mencatat petunjuk sang kakek tua dengan teliti, wanita itu bertanya, “Kakek, orang macam apakah yang berada di sekitar sini?

Kakek tua itu bertanya kepada wanita itu, “Mengapa kamu bertanya demikian?

Wanita itu berkata, “Tahukah Kek... saya baru datang saja dari kota kecil yang sangat indah itu. Saya sangat yakin bahwa kota itu pasti didambakan oleh semua orang. Masyarakatnya membuat saya merasa, seperti berada di rumah sendiri. Semua masyarakat sangat baik dan ramah. Saya merasa sangat senang dan sangat bahagia berada di kota itu.”

Kakek tua itu menjawab, “Baik, engkau akan menemukan dan mengalami orang-orang yang sama baiknya di sekitar ini.”

Wanita itu bergerak menuju mobilnya dan segera berlalu. Anak laki-laki berpaling kepada kakeknya. Dengan penuh kebingunan, anak itu bertanya kepada kakeknya, “Kakek, mengapa kakek memberikan jawaban yang berbeda  kepada dua orang asing itu untuk pertanyaan yang sama?

Sambil menepuk bahu cucu lelakinya itu, sang kakek menjawab, “Cucuku... ingatlah... sikap kita terhadap sesama/masyarakat sangat menentukan bagaimana sikap sesama/masyarakat terhadap kita. Semua manusia di dunia ini baik, kalau kita mendekati dan memperlakukan mereka dengan baik. Semua manusia akan menjadi jahat, kalau kita mendekati mereka dengan sikap kita yang jahat.”

**********************

Yohanes Pembaptis merasa gelisah dalam penjara. Kegelisahannya menguat, bukan karena  dia dipenjarakan tanpa alasan, melainkan karena dia mendengar bahwa karya Yesus sungguh-sungguh tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya dari seorang Mesias. Baginya, tindakan Yesus agak lamban dan kurang tegas.

Berbeda dengan Yesus, pewartaan Yohanes Pembaptis justru sangat keras dan tegas. Dia menghardik orang Farisi dan orang Saduki dengan kata-kata yang tajam, “Hai kamu keturunan ular beludak, siapakah yang mengatakan kepada kamu bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka Allah yang akan datang? Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api.”

Karena alasan inilah, maka Yohanes Pembaptis mengirimkan utusan untuk bertanya kepada Yesus. Patut diakui bahwa karya Yesus sungguh berbeda dengan karya Yohanes Pembaptis. Yesus menjadi Guru yang Berkeliling, sambil Berbuat Baik. Dia menyembuhkan orang buta, orang timpang berjalan, orang mati hidup kembali. Walaupun bersikap keras, namun Yesus sesungguhnya lemah lembut dan rendah hati. Dia bersahabat dengan orang berdosa dan bertamu-berjamu di rumah mereka.

Perbedaan cara pewartaan di antara keduanya inilah yang melahirkan krisis kepercayaan dalam diri Yohanes pembaptis kepada Yesus. “Apakah Engkau yang harus kami nantikan? Atau haruskah kami menantikan orang lain? Apakah benar bahwa Engkau adalah Orang yang Kedatangan-Nya Diwartakannya? Kalau benar, mengapa Engkau tenang-tenang saja? Mengapa Engkau tidak mengecam kebejadan para penguasa sebagaimana dilakukannya? Mengapa Engkau tidak mengambil tindakan tegas terhadap Herodes yang memerintah rakyak sewenang-wewnang?

Semua pertanyaan ini menggerakan Yohanes untuk mendengarkan secara langsung dari Yesus. “Diakah Orang yang mereka nantikan, ataukah mereka harus menantikan yang lain? Dalam situasi ini, sesungguhnya Yohanes Pembaptis mengalami krisis iman. Akan tetapi, krisis ini diatasi ketika dia mendapat jawaban dari Yesus: Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa saja yang kamu dengar dan kamu lihat; ada mukjizat yang dialami rakyat, sedangkan Kabar Baik diberitakan kepada orang miskin.

Melalui jawaban-Nya ini, Yesus menegaskan perbedaan antara Diri-Nya sebagai Mesias dalam mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah (dalam diri-Nya) dan Yohanes Pembaptis sebagai Perintis kedatangan-Nya dalam mendekati dan mewartakan pentingnya pertobatan agar layak menyambut kedatangan Sang Mesias. Yohanes Pembaptis sangat tegas dan keras dalam pewartaan kenabiannya karena dia menyatakan kemendesakan kepada manusia untuk mengambil keputusan mengingat saat Penghakiman Allah akan segera ditegakkan. Jika kita tidak tegas dalam keputusan kita untuk berpaling kepada Allah, maka murka Allah akan dijatuhkan kepadanya. Baginya, Allah adalah Api yang Membakar dan Menghanguskan.

Yesus setuju dengan isi pewartaan Yohanes Pembaptis mengenai kemendesakan manusia untuk menetapkan keputusan karena saat Penghakiman Allah yang akan segera ditegakkan. Namun Yesus memperbaharui pemahaman mengenai Allah: Allah bukanlah Api yang Membakar dan Menghanguskan, melainkan Cinta yang Merangkul, bahkan Merangkul Musuh.”

Konsep dan pemahaman Yesus mengenai Allah sebagai “Cinta yang Merangkul, hingga Merangkul Musuh” sangat mempengaruhi cara-Nya mewartakan dan bersaksi sehingga berbeda dengan cara Yohanes Pembaptis. Walaupun demikian, sikap manusia Yahudi tetap satu dan sama: Mereka menolak, baik pewartaan dan kesaksian hidup Yohanes Pembaptis maupun pewartaan dan kesaksian hidup Yesus, Sang Mesias karena mereka sudah memiliki konsep dan pemahaman tersendiri mengenai Mesias dan sosok yang mendahului kedatangan Sang Mesias, yaitu Elia. Bagi mereka, Yesus bukanlah Mesias dan Yohanes Pembaptis bukanlah Elia. Sikap manusia Yahudi sangat berbeda dengan pesan yang dititipkan Sang Kakek kepada cucunya, Cucuku... ingatlah... sikap kita terhadap sesama/masyarakat sangat menentukan bagaimana sikap sesama/masyarakat terhadap kita. Semua manusia di dunia ini baik, kalau kita mendekati dan memperlakukan mereka dengan baik. Semua manusia akan menjadi jahat, kalau kita mendekati mereka dengan sikap kita yang jahat.”

Kesatuan sikap manusia Yahudi dalam menanggapi pewartaan dan kesaksian hidup Yohanes Pembaptis, Sang Perintis kedatangan Mesias dan pewartaan-kesaksian hidup Yesus, Sang Mesias dinyatakan dalam Sabda Yesus yang ditutup dengan pernyataan, “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” Mengapa Yesus ditolak? Sebab Dia menomorsatukan orang-orang yang malang; Dia menjadi miskin dengan orang yang berdosa, miskin, sakit dengan yang sakit dan mati dengan yang mati.

Orang yang paling mudah menolak Yesus adalah orang-orang yang sudah lama memelihara dalam pikiran dan hati mereka, gambaran yang serba salah mengenai Allah dan utusan-Nya. Orang-orang demikian menjadi sangat picik dan sempit pemikiranya karena terkunci pada isi otak sendiri, seperti orang Yahdui. Sesungguhnya, Allah tidak memiliki apa-apa sebab semuanya sudah diberikan kepada manusia dan semua ciptaan-Nya. Allah juga tidak memaksa siapa pun  untuk menerima-Nya. Jika manusia tidak memahami hal ini, manusia tersebut sesungguhnya tidak beriman.

Jadi kata-kata Yesus ini sungguh-sungguh serius. Adalah tidak cukup jika kita hanya mengenal Dia. Kita harus terbuka menerima Dia apa adanya. Dan ini soal pilihan: menerima atau menolak Yesus yang sesungguhnya.

Tidak jarang, pilihan sikap kita, menolak atau menerima Yesus dan mengimani-Nya sebagai Mesias yang Dinantikan kerap mendapat tanggapan yang berbeda serta mendatangkan krisis iman dalam diri kita. Kita meragukan ke-Mesias-an-Nya, cinta dan kebaikan-Nya tatkala kita mengalami sesuatu yang pahit dalam kehidupan kita. Krisis iman adalah sesuatu yang netral. Krisis iman bisa membuahkan hal yang baik dan juga hal yang buruk. Ini sangat tergantung pada pemahaman iman dalam diri kita.

Yohanes Pembaptis mengakhiri krisis imannya setelah dia mencari jawaban atas persoalan yang menggelisahkannya dengan penuh kesabaran. Kita harus mengikuti cara Yohanes Pembaptis: tidak berputus asa ketika mengalami krisis dalam kehidupan, terutama krisis iman.

 

Selamat Bermenung...

Salam Kasih....

Buona Giornata...

Dio Ti Benedica....

Alfonsus Very Ara, Pr

 

 

 

 

 





Taroma Li Lowalangi Luo Migu Wa’arazo Zo’aya Ya’ita Yesu Keriso

Fombaso Si-1          : 2Samueli 5:1-3

Fombaso Si-2          : Kolose 1:12-20

Injil                          : Luka 23:35-43

 

Turia Somuso Dödö khö Yesu Keriso nisura Luka.-

 

Me luo da'ö, me no aefa teforöfa Yesu, la'o'aya ia ira salaŵa, lamane: "Niha bö'ö no I'orifi; ya mu'orifi göi Ia samösa, na Keriso andrö Ia, nituyu Lowalangi andrö." Ba la'o'aya Ia göi ira saradadu, la'ondrasi Ia wame'e agu saisö, lamane: "Na razo niha Yahudi Ndra'ugö, orifi Ndra'ugö!" Yaŵa ba röfa Yesu lasura wehede: "Razo niha Yahudi da'e."

Samösa ba gotalua ndra samara'u niforöfa andrö, itandraŵaisi, imane: "Razo Sangorifi nifabu'u Lowalangi Ndra'ugö? Na simane, orifi Ndra'ugö ba ya'aga göi!"

Itegu ia samara'u si samösa, imane: "Hadia lö ata'u ndra'ugö khö Lowalangi, he no faoma hukuda? Ba satulö sa khöda, sanema sulö nifazökhida sa'ae ita. Ba Niha andre lö sala." Awena imane khö Yesu: "He Yesu, törö tödöU ndra'odo, na möi'Ö ba gamatöröŵaU andrö!" Imane khöNia Yesu: "Amen, Uŵa'ö khöu: Ma'ökhö andre awöGu ndra'ugö ba waradaiso".-

 

Simanö duria somuso dödö khö Zo'aya ya'ita, Yesu Keriso.-

YESU: RAZO SAMELEGÖ NOSO

BA WANGÖHÖLI BA BA WANGEFA’Ö HORÖ NIHA

Me föna ba nono niha, so sambua gamaedola sasese labe’e degudegu ira satua, yaia da’ö: “Haniha nawö si tola mufarisayo, ya’ia nawö sifahuwu me iraono”. Degudegu amaedola andre, sindruhu I’okhögö geluaha sabakha sibai. Fa’abakha geluaha degudegu amaedola andre tefobörö ia ba mbosi wa’a’iraono. Ba zi samösa iraono, tola tasöndra khöra dödö satulö ba si lö fawini. Baero da’ö lö khöra nahönahö dödö sombali’ö tekiko wahuwusara. Hewa’ae asese fa’udu ndraono ba wamadöni öra ma gamagama omasiöra, ba zi lö ara dania no ifulu zui fahuwu ira. Buabua wa’a’iraono andre ba gafuriata tobali ia degudegu ba niha sato sangoroma’ö bua wa’omasi andrö tenga börö wa so hadia ia gohitö dödö, ba hiza fa’omasi andrö alua ia ba wa’ahele dödö ba wahuwusa.

Fa’amate Yesu andrö ba döla röfa, tenga siföföna börö me labunu Ia, ba hiza i, no börö wa’ahele dödö ba fanou’öNia fa’auri wa’anihaNia khö Nama, me Ya’ia zafönu kuaso ba wa’auri andrö. Razo Dawido andrö nifili Ndraono Gizara’eli tobali razo, no famaedo Yesu Keriso si so kuaso ba gulidanö ma’afefu. Kuaso si so ba dangaNia andrö, lö I’oguna’ö ba wamadaö, ba hiza lö mamalö tobali foluluNia fa’auriNia ba gamatöröwa Nama. Andrö dania wa Itehe te’o’aya Ia, teforöfa mbotoNia irege mate ba döla röfa.

FoluluNia Ya’ia irege mate ba döla röfa, no möi börö wangöhölida ya’ita niha samati khöNia. Ba zimanö tobali ia khöda famaedo ba wanema’ö fanandraigö ba fa’afökhö andrö; me fefu da’ö tobali ndrela ia khöda ba wanöndrada fa’auri si lö aetu. Andrö te’andrö khöda ena’ö lö mo’aetufa göi ta’erönusi lala wa’aurida, aboto ba dödöda nifaluada, ba lö aetu monoro tödö ita ba wamalua si sökhi ba mbotoda samösa, ba nawöda niha ba ba zifasui ya’ita. Da’e gohitö dödö Waulo andrö nifa’emania ba mbanua Golose; no tobali sia’a khöda Keriso andrö wame’e dumaduma, ba zimanö mo’ömö dödöda ba wangolohia’ö wolauNia.

Na ta’ila ta’olohia’ö wolau simanö, no enahöi wamaedo khöda niha niforöfa andrö si so ba gambölö Yesu; saboto ba dödö horö ba nifaluania. Hiza börö me anehe ia wamakao Yesu andrö, faduhu dödönia khö Yesu, ba i’andrö wa’ahakhö dödö khö Yesu. Saluania, isöndra wa’ahakhö dödö Yesu, irege tobali ia awöNia ba waradaiso andrö.

Ba gafuriata, aboto ba dödöda wa fa’arazo Keriso andrö tenga ena’ö ba wangalui fangebua’ö töiNia, ba hiza no folulunia fa’auriNia ba danga Nama, ba wangöhöli ya’ita niha gulidanö. Simane buabua ndraono andrö, lö khöra fawinisa tödö, ba hiza ha fa’ahele dödö ba wariawösa. Bua wa’ahele dödö si no i’oroma’ö Yesu andrö, no sinangea ta’olohia’ö ia ba lala wa’aurida irege ba gafuriata sowulo göi ita ba gamatöröwa wa’arazoNia andrö irugi zi lö aetu. Amen.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget