Keuskupan Sibolga

Latest Post

Gambar diambil dari iStok


Hari Raya Pentakosta

Minggu, 08 Juni 2025

Bacaan I: Kis 2:1-11

Bacaan II: Rom 8:8-17

Injil: Yoh 14:15-16.23b-26



Roh Kudus Pengajar dan Pengingat


Injil bercerita tentang pesan atau nasihat Yesus kepada para Rasul untuk mengasihi Yesus dengan menuruti segala perintah atau ajaran-Nya. Kedua hal itu, Mengasihi dan menuruti perintah-Nya akan membawa para Rasul tinggal selalu bersama dengan Yesus dan merasa bahwa Yesus ada beserta mereka selalu.

Meskipun demikian, Yesus tidak membiarkan para Rasul untuk berjuang sendirian. Yesus mengutus Roh Kudus untuk membantu mereka dalam perjuangan untuk mengasihi Yesus dan mentaati perintah-Nya. Injil hari ini mencatat bahwa peran Roh Kudus itu adalah mengajar dan mengingatkan para murid tentang semua yang pernah Yesus katakan kepada mereka. Artinya, kalau para murid lupa maka Roh Kudus akan mengingatkan mereka. Kalau para murid kebingungan, maka Roh Kudus akan mengajari dan menuntun mereka sampai bertemu kepada kebenaran.

Roh Kudus yang sama juga telah Tuhan curahkan kepada kita masing-masing. Mari pertama-tama menyadari kehadiran-Nya dengan membuka diri untuk hidup dalam tuntunan-Nya. Santo Paulus menyebutkan bahwa setiap orang yang menerima Roh Kudus, hidupnya tidak lagi bergerak berdasarkan keinginan daging melainkan keinginan Roh Kudus dan Roh Kudus itu ialah Allah sendiri yang tinggal bersama kita.

Memang tidak mudah untuk selalu mampu menolak keinginan daging. Kita seperti hidup dalam tipu daya bahwa yang baik dan benar itu ialah sejauh yang menyenangkan dan mengenakkan badani kita ini. Karena itu, agar tidak selalu jatuh pada tipu daya yang demikian, mari selalu memanggil Tuhan untuk membantu. Dia adalah dalam diri kita dalam wujud Roh dan selanjutnya Ia akan berbicara kepada kita, mengajarkan kepada kita dan sekaligus mengingatkan kita untuk apa yang perlu kita lakukan dalam hidup kita.

Roh Kudus membantu kita untuk bisa senantiasa mengasihi Tuhan dengan melakukan perintah-Nya dan dengan demikian akan membuat kita senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan berserta Tuhan selalu.

[RD_DP]

 



Roh Kudus Memberdayakan Kaum Kristiani untuk

Mengasihi, Menepati Janji dan Melakukan Pekerjaan Yesus

Yohanes 14,15-16; 23b-26,

Minggu 08 Juni 2025 (Romo Very Ara)

***

“Jikalau Kamu Mengasihi Aku, Kamu akan Menuruti segala Perintah-Ku dan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Ku”

 

Adalah kisah mengenai dua orang bersaudara yang sangat beriman dan setia kepada Yesus, yaitu Clarence dan Robert.

Clarence bekerja sebagai aktivis gerakan Hak Azasi Manusia. Pada tahun 1960-an, membela hak azasi manusia bukanlah pekerjaan yang menyenangkan di Amerika Selatan. Ketegangan antara warga kulit putih dan warga kulit hitam bertensi tinggi dan berujung pada kematian. Warga mengadakan aksi demo ini di semua wilayah kota. Banyak warga yang berdemo melakukan waksi yang sama, yaitu duduk di restoran-restoran. Mereka tidak mau bekerja dan tidak mau pulang ke rumah. Polisi menggunakan anjing pelacak dan gas air mata untuk membubarkan demonstran kulit putih dan kulit hitam.

Robert berprofesi sebagai pengacara. Pada suatu hari, Clarence, saudaranya meminta Robert untuk membantunya, membela hak azazi manusia. namun, dengan sikap tegas, Robert menolaknya sebab sangat berbahaya bagi karier politiknya ke depan.

Clarence mengingatkan Robert akan janji-janjinya untuk setia beriman, setia kepada Yesus dan setia mengikatkan diri kepada Yesus. Namun, Robert menanggapi Clarence dengan kata-kata ini: “Ya, saya memang mengikuti Yesus, namun bukan salib-Nya. Saya tidak mau disalibkan bersama Yesus”.

Clarence menatap saudaranya sangat dalam dan berkata, “Robert, kamu bukan pengikut Yesus. Kamu hanya salah seorang pengagum-Nya”.

************************

Sebagai sorang pengagum, Robert hanya terpukau pada pribadi Yesus, namun tidak menyatu dengan Yesus, sosok yang dikaguminya sehingga dia tidak membiarkan pikiran dan hatinya dipenuhi dan dikuasai oleh Roh Kristus, tetapi oleh roh duniawi (pangkat, jabatan dan kehormatan). Sedangkan, sebagai pengikut Yesus Kristus, Clarence sungguh-sungguh dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga dia mengasihi sosok yang diikuti-Nya, menepati janji dan melakukan semua pekerjaan dari sosok yang diikuti-Nya.

************************

Para murid bukanlah pengagum, melainkan pengikut dan penerus hidup Yesus. Mereka melanjutkan misi perutusan dan pekerjaan Yesus. Apakah isi perutusan dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh para murid?

Tugas utama perutusan para murid adalah menyatakan Wajah dan Hati Allah dalam diri Yesus kepada dunia. Mereka harus menyatakan kehadiran Allah yang nyata dalam dunia yang sama sekali tidak merasakan dan mengalami kehadiran Allah yang agung, penuh cinta, kerahiman dan belas kasih. Perutusan itu harus dinyatakan dengan menyalurkan hidup, yaitu hidup Allah yang berbelas kasih dan berbelarasa kepada sesama/dunia.

Pekerjaan untuk menyalurkan kehidupan Allah, menyatakan Wajah dan Hati Allah serta kehadiran-Nya di dunia ini tidak menuntut mereka untuk melakukan mukjizat yang spektakuler. Karena itu, Yesus tidak memanggil dan tidak memilih orang-orang yang hebat untuk melakukan pekerjaan itu.

Pekerjaan Yesus adalah pekerjaan yang sederhana, yaitu melakukan kebaikan manusiawi kita dalam wujud yang sederhana dengan semangat cinta yang besar. Melalui kebaikan hati manusiawi, pengikut Yesus menyalurkan kehidupan serta menuntun sesama untuk melihat dan mengalami kebaikan Allah dalam diri mereka sendiri. Karena pekerjaan Yesus adalah pekerjaan sederhana, maka Yesus memanggil dan memilih para murid yang sederhana, berhati baik dan memikili  kerendahan hati untuk berbagi.

Kita semua adalah murid Yesus. Kita hanyalah manusia biasa yang rapuh dan lemah. Namun, apabila kita percaya kepada Yesus, kita pasti mampu menyelesaikan pekerjaan-Nya, yaitu pekerjaan kasih... menyalurkan kasih Yesus kepada sesama melalui kasih manusiawi. Kunci utama agar kita mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan kasih Yesus dalam wujud yang sederhana adalah membuka diri terhadap kekuatan Roh Kudus, yaitu Roh Bapa dan Putera.

Roh Kudus adalah Roh yang membimbing kita kepada Kebenaran Allah. Roh Kudus akan menolong kita untuk mengubah pikiran dan hati kita agar tidak terkurung pada keinginan dan kebutuhan manusiawi semata, tetapi diarahkan kepada pikiran dan hati Allah. Roh Kudus, Roh Kebenaran, Roh Penolong akan memberikan kekuatan batin  yang baru, hati yang baru, pandangan yang baru dan kemerdekaan baru yang sangat berbeda dengan jalan pikiran dan pengaruh dunia agar kita tidak menjadi budak atas keserakahan, mengejar uang dan kekuasaan, termasuk kekuasaan rohani.

Yesus Kristus menyebut Roh-Nya sebagai Roh Kebenaran dan Roh Penolong. Sebutan Roh Penolong sangat indah: Penolong (Yunani) berarti “Orang yang menjawab panggilan”. Melalui sebutan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang selalu hadir untuk menjawab terikan kita yang lemah dan sangat membutuhkan topangan cinta-Nya. Dia hadir untuk menggerakan kita agar melakukan kebaikan kasih-Nya, melakukan pekerjaan yang sederhana dengan semangat cinta yang besar untuk menyatakan Wajah dan Hati-Nya yang penuh cinta, kerahiman dan belas kasih; menyebarkan Kerajaan-Nya, yaitu Kerajaan Kebaikan, Cinta, Keadilan dan Kedamaian. Ini berarti, di setiap kebaikan yang kita lakukan, sesungguhnya bukan kita, melainkan Yesus sendirilah yang bekerja dalam diri kita:

o   Pasangan suami-isteri sudah melakukan pekerjaan Yesus dan dipenuhi dengan Roh Kudus apabila saling mengasihi, saling merawat ikatan cinta dan bekerja sama untuk mencari nafkah hidup demi kehidupan mereka.

o   Orang tua atau kakek-nenek sudah melakukan pekerjaan Yesus “memelihara, merawat, menolong, melindungi dan mencitai anak serta dengan sabar mengajar anak-anak sejak kecil untuk mengikuti Yesus.

o   Seorang ibu sudah melakukan pekerjaan Yesus apabila berbelanja, berjumpa dengan seorang tetangga dan diajak untuk bergosip. Namun, ibu itu berkata dalam hatinya: "Tidak, saya tidak akan berbicara buruk tentang siapa pun".

o   Di rumah, salah satu anak ingin berbicara dengan ibunya mengenai harapan dan impiannya. Walaupun lelah bekerja, ibu ini setia untuk duduk dan mendengarkan dengan anaknya dengan penuh kesabaran dan cinta. Ibu ini sudah melakukan pekerjaan Yesus.

o   Seorang bapak mengalami kecemasan, namun dia mengingat kasih Perawan Maria. Dia mengambil rosario dan berdoa dengan iman. Ini juga pekerjaan Yesus

o   Ada di antara kita pergi ke jalan. Kita berjumpa dengan orang miskin. Kita berhenti dan mengucapkan kata-kata ramah kepadanya. Ini juga pekerjaan Yesus.

o   Seorang umat sudah dipenuhi Roh Kudus dan sudah melakukan pekerjaan Yesus apabila memperhatikan orang yang berkekurangan dan menjawab seruan mereka, tidak usah dengan harta, melainkan dengan sapaan, perhatian, dukungan dan kehadiran kita dalam hidup mereka; tidak bergosip, tidak memberikan penilaian buruk kepada sesama dan tidak melakukan tindakan yang keras dan kejam kepada sesama.

o   Kita semua sudah dipenuhi Roh Kudus dan melakukan pekerjaan Yesus apabila kita hadir dalam hidup sesama yang kesepian karena kehampaan cinta, perhatian dan kasih sayang, terutama kepada sahabat, orang yang miskin dalam roh kebaikan.

Marilah kita melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus dengan berbuat baik kepada sesama dalam setiap pekerjaan harian kita.

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

 



Menjadi Satu dalam Allah dan Sesama

Yohanes 17,20-26

***

Homili Minggu Paskah VII


01 Juni 2025

***

 

Putri adalah seorang mahasiswi dan anak tunggal dalam keluarganya berkisah demikian: Setiap hari, mama selalu menyediakan bagi kami sarapan dan makan malam. Pada suatu malam, mama menghidangkan masakan sayur lodeh dan telur dadar gosong di depan meja papa. Saat itu, saya menunggu apa reaksi papa terhadap mama.

Ternyata yang dilakukan ayah adalah menyantap makanan yang disajikan sambil tersenyum pada mama. Sambil menyantap nasi, sayur lodeh dan telur dadar yang gosong itu, papa bertanya mengenai kegiatan saya di sekolah.

Saya tidak ingat apa yang dikatakan papa malam itu, tetapi saya melihat papa sungguh menikmati telur dadar yang gosong itu. Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf kepada papa karena telur dadar yang gosong itu.

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan: “Ma, jangan cemas, jangan takut, papa suka telur dadar yang gosong”.

Sebelum tidur, saya memberikan ucapan selamat kepada papa. Saya bertanya apakah papa sungguh-sungguh menyukai telur dadar gosong?

 

Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata:

o   Putri, mamamu sudah bekerja keras sepanjang hari ini. Dia sungguh-sungguh lelah. Jadi, dengan memakan telur dadar yang gosong itu, papa tidak menyalahkan dan menyakiti mamamu dan keluarga kita.

o   Putri, apakah kamu tahu bahwa yang menyakiti hati seseorang adalah kata-kata yang kasar? Putri tahu bahwa semua manusia yang hidup di bumi ini tidak sempurna. Papa juga bukanlah orang yang terbaik dalam segala hal sehingga papa selalu berusaha untuk menerima kesalahan yang lain dan memilih untuk merayakan perbedaan.

o   Ini adalah kunci utama untuk hubungan yang sehat dan harmonis, tetap satu, utuh dan rukun antara papa dan mama dan denganmu, anak papa dan mama satu-satunya.

o   Ingatlah Putri ... Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian dan penyesalan. Cintailah semua orang yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangilah yang menaruh benci dan dendam kepadamu.

o   Ingatlah pepatah ini: “Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini! Belajarlah menerima apa adanya dan berpikirlah positif. Jalani hidup ini dengan keinsafan rohani. Jangan terlalu berhitung. Jangan hanya menang sendiri. Belajarlah ... bahwa tiada hari tanpa kasih sayang. Belajarlah selalu untuk berlapang dada dan mengalah. Belajarlah untuk melepaskan beban hidup dengan ceria. Tidak ada sakit hati yang tidak bisa dimaafkan. Tiada dendam yang tidak bisa dikikis. Setiap detik kehidupan yang dilalui merupakan sebuah anugerah. Tuhan tidak pernah menganugerahkan hal yang buruk untuk kita. Apakah kita pernah bersyukur?

 

Tetaplah bersemangat, sabar dan tersenyum dalam menghadapi setiap perbedaan. Apabila keutamaan ini dipupuk, maka kita akan menjadi pribadi yang bermartabat: pribadi yang membawa persatuan, keharmonisan dan keakraban, bukan pertengkaran dan perpecahan. Apabila perbedaan dihargai, maka kita akan terbuka menerima kesalahan yang terjadi akibat perbedaan yang dimiliki. Hasilnya akan sangat membahagiakan: “Telur dadar yang gosong akan menjadi santapan lezat untuk dinikmati sebab tiada pertengkaran, benci dan dendam, melainkan saling memaafkan dan menyayangi antara papa dan mama!

*******************************

Inilah impian Yesus dalam doa-Nya bagi kita para pengikut-Nya. Kita semua, keluarga-Nya tetap satu dalam Tubuh-Nya yang kudus dan mulia, kendati kita berbeda pikiran, perasaan dan sikap. Yesus serentak berminpi dan berharap agar kita menjadi satu dan kudus sehingga layak memandang wajah Allah, bersatu dengan-Nya dan berkenan kepada sesama. Kepenuhan kemanusiaan kita, yaitu kesatuan dengan Allah dan sesama hanya mungkin dialami apabila:

 

o   Tembok kebencian dan konflik diruntuhkan sehingga tidak ada lagi perpecahan dan pemisahan dan kita pun akan bersatu dalam Allah dan satu dalam yang lain.

o   Kita meninggalkan semua bentuk permusuhan dan persaingan untuk saling mengasihi, saling melayani, saling membasuh kaki, saling mendukung untuk berkembang dalam kebenaran dan kasih hingga akhirnya sadar bahwa saling mencintai tidak hanya berarti saling melayani, melainkan memberikan hidup.

o   Kita maju dan berkembang dalam kasih satu dalam yang lain dan satu bagi yang lain.

 

Wujud kesatuan ini tidak mungkin terpupuk dan terwujud hanya dengan mengandalkan kekuatan manusiawi kita.

 

o   Kesatuan yang diidamkan Yesus ini adalah kesatuan cinta dan saling mencintai; dalam cinta ada keterbukaan dan kelembutan satu terhadap yang lain, buah transformasi/perubahan sikap hidup yang mendalam karena keterbukaan kita terhadap daya ilahi Allah yang kudus.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus ini bukanlah peleburan dua pribadi yang tergantung satu dari yang lain tanpa mengenal batas keberadaan diri kita masing-masing.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus bukanlah satu terbungkus dalam yang lain dan saling tertutup satu sama lain karena ketakutan akan kehilangan yang lain.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus adalah persahabatan para pencinta, pesta dan perjamuan nikah kasih, ketika sang mempelai dan sosok yang dicintainya bersatu dalam persekutuan hidup, saling memberikan diri dan bersama-sama memberikan persembahan diri dan kehidupan mereka kepada Allah.

 

Dalam kesatuan itu, masing-masing saling menerima keunikan karena sama-sama berharga, masing-masing memiliki tempatnya sendiri, masing-masing menerima dan memberi, masing-masing memiliki hati yang penuh syukur. Dalam kesatuan itu tidak ada penghalang: yang satu mengagumi yang lain dan satu menjadi kekaguman bagi yang lain karena dalam setiap pribadi tampak wajah Allah sendiri.

Masing-masing kita berbeda, namun saling membutuhkan untuk melengkapi kemanusiaan kita. Kita bersama-sama diikat, rentan satu bagi yang lain, terbuka satu bagi yang lain. Dalam perbedaan itu, kita semua memancarkan keagungan Allah tanpa batas dan bersama menyerukan syukur kepada-Nya. Dalam kesatuan itu, kita tidak lagi melihat dan menilai diri kita dan sesama yang lain tidak layak, tetapi justru melihat dalam diri kita dan sesama terang kasih Allah sendiri. Dalam kesatuan itu, tidak ada kekosongan dan kecemasan atau kesepian yang mengerikan sebab yang kurang diisi dan dilengkapi sehingga yang ada hanyalah hidup baru, yaitu hidup Allah sendiri yang memancar dan menggerakan kehidupan kita.

Kesatuan yang mengagumkan ini akan terpenuhi apabila kita bersedia diubah dan dibaharui dalam Allah serta berjuang melawan semua bentuk kekacauan dalam batin kita; berjuang menerima yang lain, berjuang untuk mencintai orang-orang yang berbeda, pesaing-pesaing, musuh dan orang-orang selalu melukai kita serta berjuang untuk tidak mengadili serta tidak menghukum yang lain.

Cinta dan damai akan dialami apabila kita masuk ke dalam medan perjuangan ini: ketika kita tidak berjuang mati-matian untuk membuktikan bahwa hanya kita yang benar serta menghidupi daya pengampunan dan rekonsiliasi, menerima terang dan kehadiran Allah dalam diri kita dan sesama. Hanya dalam cinta dan saling mencintai, kita bersatu sebagai pengikut Yesus Kristus. Dan hanya dalam cinta dan saling mencintai, kita menjadi agen persatuan serta penerus cinta demi terciptanya kesatuan dan kedamaian bersama di alam ini.

Kita adalah pengikut Yesus Kristus dan cap khusus/istimewa kemuridan kita adalah cinta dan saling mencintai. Cap ini serentak menegaskan keunikan kita serta perutusan kita sebagai agen/duta kesatuan dan kedamaian dunia...

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

 



Hari Raya Kenaikan Tuhan

**************************************

Terangkat, Sambil Memberi Berkat

Lukas 24:46-53

**************************************

Pada suatu hari, seorang Pastor Paroki yang berkarya di Kota Austerity memanjat menara Gereja agar semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Dia ingin meneruskan Sabda Tuhan kepada umat di parokinya seperti yang dilakukan Musa.

Di atas menara ini, sang Pastor Paroki berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia pasti mendengarkan sesuatu yang dikatakan Tuhan kepadanya. Karena keyakinan inilah dia terpancing untuk berteriak sekeras-kerasnya dari puncak menara Gereja: “Tuhan, di manakah Engkau. Saya sama sekali tidak mendengarkan suara-Mu”.

Dalam keheningan, Tuhan justru menjawabnya: Saya di sini...di bawah...di tengah-tengah umat-Ku sendiri. Di manakah Engkau?

***********************

Kedekatan dengan Tuhan tidak terikat, terpaku dan bersarang di sebuah tempat yang tetap. Tuhan hanya terasa dekat, dialami kehadiran-Nya dan tinggal di tengah-tengah kita, umat-Nya hanya jika kita rela memberikan tumpangan dan satu-satunya tumpangan yang paling layak baginya adalah hati dan hidup kita. Kita akan merasakan kedamaian dan kegembiraan, bila kita saling membuka hati dan saling memberikan tumpangan.

Yakinlah… disaat kedekatan dengan Tuhan dirasakan dan dialami, maka seluruh alam ciptaan akan bergembira, sukacita akan menjadi penuh. Di saat kedekatan dengan Allah ada, maka kehidupan kita akan teratur dan hidup akan sehat: Siapa yang mengalami kedekatan dengan Allah, mengalami surga; siapa yang mengalami surga; membawa surga. Siapa yang membawa surga, mewartakan surga; siapa yang mewartakan surga, serentak menciptakan satu tanah air surgawi! Atau, di mana terasa kedekatan dengan Tuhan, di sana ada surga. Dia mana ada surga, di sana ada tanah air. Di mana ada tanah air, di sana ada perasaan Surgawi!

“Dan sementara Dia memberkati mereka,

Ia meninggalkan mereka dan terangkat ke surga.”

Kalimat Injil ini tidak hanya menyingkapkan situasi yang terjadi di dalam Gereja Purba, tetapi juga situasi kaum Kristiani umumnya: situasi ditinggalkan! Dalam situasi ini, Tuhan dirasakan sangat jauh; Dia tidak berada di tengah kehidupan kita...

Bernhard Lang merumuskan kenyataan ini dalam beberapa syair puisi ini:

Aku mendengar kegaduhan jalanan

Aku mendengar desiran angin di pepohonan

Tetapi Tuhan, suaramu tak kudengar

Tegurlah aku

Dan tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku

Supaya aku senantiasa mendengarkan suara-Mu

Sebagaimana kegaduhan jalanan

Dan jelas...

Seperti desiran angin di pepohonan

 

Banyak orang berpikir bahwa dengan kenaikan-Nya ke surga, Yesus meninggalkan panggung dunia; berpisah dari para rasul-Nya; dari orang kecintaan-Nya; dari kita dan akibat dari perpisahan itu, manusia gampang jatuh ke dalam suasana tanpa belaskasih, ke dalam situasi tanpa cinta dan tidak kenal kompromi.

Di saat Tuhan tidak hadir lagi secara fisik; di saat pikiran-Nya tidak lagi merajai budi kita dan karya keselamatan-Nya tidak lagi dilaksanakan-Nya, di saat itulah ada sikap pemerkosaan yang tidak mengenal batas. Di saat itulah Allah mati dalam hati dan kehidupan kita; kita menjadi serigala bagi manusia yang lain.

 

Sambil Memberi Berkat…

Namun, janganlah lupa bahwa“... sementara terangkat, Dia memberkati mereka.” Dari segi pendidikan dan pengetahuan, para murid bukanlah orang yang tepat untuk melanjutkan tugas perutusan-Nya di dunia ini. Dia tidak menolak dan juga tidak meragukan ketidakmampuan mereka. Justru dengan berkat dan daya ilahi-Nya, Dia akan memberdayakan mereka agar mampu menjalankan tugas yang ditanggungkan kepada mereka.

Di Betania, Yesus tidak menyampaikan wejangan atau ajaran apa pun. Yesus hanya mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Di sini Yesus bertindak sebagai Imam Agung yang memangku jabatan nabi, imam dan raja. Berkat-Nya di hari kenaikan ini serentak menciptakan jarak dan simbol yang mempersatukan. Melalui berkat-Nya, Yesus hadir; Dia menyertai para murid-Nya, bersatu dengan mereka, terutama dalam situasi kehidupan yang serba kritis dan menakutkan. Berkat Yesus justru membuat perpisahan terasa ringan, karena berkat-Nya merupakan perwujudan Sabda-Nya, “Aku senantiasa menyertai kamu hingga akhir zaman.” Karena itu, para rasul meninggalkan tempat pertemuan dengan Yesus dalam suasana hati gembira.

 

Makna Pesta Kenaikan

Kenaikan bukanlah akhir, melainkan awal. Dengan peristiwa Kenaikan ini, Yesus tidak berpulang ke tempat peristirahatan di masa tua, melainkan memasuki lingkup karya yang paling agung, paling tinggi dan efektif bersama Allah yang kekal. Berkat kenaikan-Nya ke surga, Yesus semakin intensif dan menyeluruh memperhatikan dunia dan kita semua. Karena itu, kenaikan-Nya menjadi awal dari karya-Nya yang menyeluruh.

 

Bukan Jauh, tetapi Dekat

Duduk di sebelah kanan tidak berarti menempati satu tugas atau jabatan yang jauh terpencil, tetapi justru sebaliknya. “Lihat, Aku menyertai kamu setiap saat, hingga akhir zaman.” Justru kenaikan ke surga memberikan arti yang umum, luas dan menyeluruh dari kuasa yang dimiliki Yesus. “Kepada-Ku diberi segala kuasa di surga maupun di bumi.” (Mat 28:18).

Secara praktis, bagi kita berarti: Bukan di mana ada surga, di sana ada Tuhan, melainkan di mana ada Tuhan, di sana ada surga.”

 

Berkat, Satu Gerakan Cinta

Kedekatan dan keakraban Yesus ini dirasakan oleh para Rasul melalui berkat-Nya.  Berkat-Nya serentak menjadi satu gerakan cinta yang berdaya perlindungan; pelimpahan kepercayaan melenyapkan rasa cemas dan tidak pasti. Berkat juga mengubah pengalaman hidup mereka: yang sedih menjadi gembira; yang ragu menjadi pasti; yang kecil hati menjadi besar hati; yang was-was menjadi berani.

************************

Paus Yohanes Paulus I, Pemimpin Gereja Semesta yang bertakhta hanya tiga puluh tiga hari berkisah tentang tiga orang Karninal yang terhormat. Ketiganya meninggal dan tiba bersamaan di gerbang Surga. Petrus menjumpai mereka; menyampaikan maafnya kepada karena kesibukannya sehingga tidak bisa mengurusi kepentingan mereka dan mempersilahkan mereka untuk menempati kursi-kursi yang ada. Mereka menunggu dan menunggu, tetapi tidak ada hal istimewa yang pantas mereka terima.

Dalam sekejap. Tibalah seorang Nyonya mudah bergaun indah dan Petrus segera mempersilahkannya masuk. Para Kardinal yang mulia keheranan. Salah seorang di antara mereka mengeluh, “Tampaknya pakaian kebesaran tidak mempu membuka pintu-pintu di sini!

Setelah menunggu dalam waktu yang lama, Petrus pun menjumpai ketiga Kardinal itu dan berkata kepada mereka: “Jika yang Mulia berkenan, saya akan menjelaskan duduk persoalan Nyonya mudah tadi. Dia adalah Putera seorang Milioner terkemuka. Dia berkeliling Eropa dengan sebuah Mercedes pemberian ayahnya. Dia mengalami kecelakaan naas dan meninggal di tempat kejadian. Jutaan manusia mendengar berita itu melalui media massa dan televisi. Mereka sangat terpukul dan menjerit: peristiwa kematian Nyona Muda ini justru mengingatkan mereka akan kematian mereka sendiri. Karena kejadian itu, semakin banyak orang yang bertobat dan kembali kepada Allah dibandingkan dengan pertobatan yang dihasilkan oleh buku-buku ataupun oleh kotbah-kotbah Anda yang sesungguhnya sudah menerima urapan rahmat dan berkat istimewa dari Allah sendiri.

Petrus berkata lebih lanjut: Itulah sebabnya...saat ini Anda menyaksikan sendiri bahwa Nyonya Muda menghantar lebih banyak jiwa untuk kembali kepada Tuhan di Surga, daripada yang Anda bertiga lakukan...

Kita adalah manusia istimewa sebab dipanggil, dipilih dan diberdayakan Tuhan dengan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah...sesungguhnya...kita lebih berperan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan: menuntun yang sedih menjadi gembira; yang ragu menjadi pasti; yang kecil hati menjadi besar hati; yang was-was menjadi berani berkat pengalam kasih Tuhan dalam kehidupan kita dan akhirnya mereka dan kembali kepada Tuhan....

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget