Keuskupan Sibolga

Latest Post

Opung Ray dengan Cucunya


Minggu, 24 November 2024

Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta.

Yoh 18:33-37


Zaman dahulu bila kerajaan berhasil ditaklukkan kerajaan lain. Maka seluruh apa saja milik kerajaan yang takluk akan dikuasai sepenuhnya oleh pemenang. Semua penduduk bahkan keluarga kerajaan menjadi budak! 

Seorang bocil -anak raja- menjadi salah satu budak yang ditawan. Ketika ia dijual ke majikan yang lain, dia sadar bahwa ia adalah raja. Maka ia selalu membawa tingkah-laku, kecerdasan sebagai raja. Sehingga dimanapun dia dibuang dia akan selalu menjadi raja. Dibuang ke laut dia menjadi raja laut! Ke hutan? Jadi raja hutan! Ke jalanan dia pasti jadi raja jalanan.. karena takhtanya ada di hatinya. 

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta.

Yesus adalah raja. Tapi dimana kerajaannya? Yesus berkata “Barangsiapa berasal dari kebenaran, dengarkanlah suaraKu”; oleh karena itu KERAJAAN YESUS ADA DI HATI ORANG YANG MENDENGARKAN FIRMANNYA. 

Saudara saudari terkasih, Penghakiman dan eksekusi tragis yang dialami Yesus. ITULAH PENGHAKIMAN CINTA & JALAN CINTA. Inilah sebabnya mengapa Yesus adalah raja alam semesta: karena Ia mempunyai kuasa yang paling besar, yang bukan kuasa Pilatus atau kuasa dunia ini, melainkan KEKUATAN CINTA. Cinta ada dalam diri setiap insan dalam peradaban di dunia. 

Sejarah selalu terulang akan setiap orang tua yang rela menapaki tapak-tapak derita demi si buah hati, sehingga mereka meraja selamanya di hati anak-anaknya. Kristus Sungguh meraja dalam hidup kita. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Kegiatan team Building para Guru Katolik di Keuskupan Sibolga 


Sabtu, 23 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Lukas 20:27-40


Dalam seminar seorang motivator memperlihatkan uang RP 100K pada para peserta. Ia kemudian meremuk uang itu sehingga tidak lagi kelihatan mulus dan rapi. Ia bertanya: “apakah nilai uang ini berkurang karena rupanya sekarang sudah berubah jadi jelek?” Spontan para peserta menjadi: “nilainya tetap seratus ribu rupiah! 

Demikian pula hidup kita di dunia ini terkadang tercabik-cabik oleh kegagalan dan berlumpurkan nista.. tapi sebenarnya nilai kita tetap sama di hadapan Tuhan. Yakni bila kita percaya pada kehidupan kekal dan perbuatan yang penuh kasih dan tulus selama di dunia ini. 

Dalam Injil hari ini, Yesus menjawab orang Saduki, “Anak-anak di dunia ini menikah dan dikawinkan; tetapi mereka yang dianggap layak mendapat kehidupan di masa depan dan kebangkitan dari antara orang mati tidak kawin dan tidak dikawinkan: sebenarnya mereka tidak dapat mati lagi, karena mereka setara dengan para malaikat dan, karena mereka adalah anak-anak kebangkitan, mereka adalah anak-anak Tuhan. 

Saudara-saudari terkasih.

Pernikahan adalah milik kehidupan duniawi. Namun kasih, tidak akan pernah berakhir" (1Kor 13, 8). Oleh karena itu, jika saat ini kita hidup sebagai anak-anak Tuhan, maka kita akan merasakan kegembiraan yang akan kita nikmati sepenuhnya dalam kebahagiaan abadi. 

Jika kita belajar untuk menyambut orang lain sebagai saudara, dan bukan sebagai orang asing atau musuh, pada waktunya kita menerima ganjarannya dalam kekekalan yang diberkati. Jika dalam hidup kita meneladan amal-kasih Yesus,  maka hidup di dunia ini menjadi sebuah persiapan dari hidup kekal yang akan diberikan oleh Tuhan tanpa batas. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang kakek yang ingin melihat jenazah istrinya sebelum peti jenazah ditutup dalam Misa Requiem di Stasi Sihapas II Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Selasa, 19 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Lukas 9:1-10


Penjual buah sangat bersemangat menjual semangkanya dan menjamin isinya merah. Karena tertarik melihat cara penjual menawarkan semangkanya, seorang ibu pun membelinya. Namun karena ceroboh semangka itu jatuh dan ternyata isinya putih bukan merah!! 

Si ibu protes pada si penjual karena tidak sesuai seperti yang dijanjikan. Maka si penjual pun tak kalah gesitnya “menangkis” tuduhan itu dengan berkata: “ ibuk, tentara saja pucat kalau terjatuh apalagi semangka!. 🤣🤣🤣 “melihat adalah sebuah persepsi”

Dalam Injil diceritakan kisah perjumpaan Yesus dan Zakeus si pemungut cukai. Pandangan Yesus melampaui cacat dan cap buruk orangnya; Yesus tidak berhenti pada keburukan masa lalu, namun melihat potensi kebaikan di masa depan. Yesus melihat dengan hati pada Zakeus yang aktif menerima-Nya dan mau bertobat. 

Saudara-saudari terkasih. 

Yesus melihat hati kita, hatimu, hati saya. Dengan tatapan Yesus ini, Anda dapat membantu umat manusia lainnya untuk bertumbuh. 

Jangan berhenti di permukaan dan waspada terhadap liturgi penampilan duniawi. Sebaliknya, jalinlah relasi dengan baik, yaitu dengan hati yang melihat potensi kebaikan di masa depan.

Pandangan hati ini menggerakkan kita untuk berbuat. Kebahagiaan yang kita terima secara cuma-cuma dari Tuhan, bagikan pula dengan cuma-cuma, karena banyak sekali yang menantikannya! Dan mereka menantikannya dari Anda.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Yesus menyembuhkan orang buta (sesawi.net)


Senin, 18 Nopember 2024, 

Hari Biasa

Why 1:1-4; 2:1-5a

Luk 18:35-43


Saudara-saudari terkasih. Lewat kisah seorang buta yang datang pada Yesus dalam Injil hari ini, kita diajak untuk percaya bahwa di dalam Yesus kita memperoleh kesembuhan dari aneka macam kebutaan, kegamangan, derita sakit, dan aneka ketidakberdayaan. 

Kendati banyak orang menegor / menghalangi si buta yang berjuang untuk mendapatkan belas kasih Yesus demi kesembuhannya, semangat si buta tidak sedikit pun tergoyahkan. Dia terus memanggil Yesus, sebab ia sungguh yakin bahwa di dalam kuasa Tuhan Yesus dia akan sembuh dari kebutaannya dan bisa melihat kembali dengan baik. 

Keyakinan si buta itu sungguh benar-benar terwujud. Yesus akhirnya mendengar dan mengabulkan permohonannya, dan menyembuhkannya. 

Di dalam hidup harian kita terkadang terhalang oleh berbagai kebutaan, kesulitan, kegamangan dan ketidakyakinan. Semakin sulit bahwa kita tidak tahu ke mana kita harus pergi mengatasinya. Atau bahkan kita terkadang pergi ke orang atau jalan yang salah, sehingga hidup semakin sulit dan runyam. 

Kita terkadang masih terkungkung dalam diri, terkungkung dalam keyakinan yang salah, dan kurang mengandalkan Tuhan, tabib dari segala tabib. 

Untuk itu, kita perlu kembali belajar dari si buta yang sungguh beriman kepada Yesus Sang Putra Allah. Karena imannya yang kuat, dan usahanya untuk memperoleh kesembuhan di dalam Tuhan, serta tentu karena rahmat Tuhan sendiri, si buta itu sembuh. 

Si buta itu bisa melihat karena dia berhasil merubah pikirannya dari tidak mengandalkan Tuhan Yesus menjadi mengandalkan Yesus; dari sebelumnya tidak percaya pada Yesus, si buta itu berubah menjadi percaya kepada Yesus. Seperti kata penulis Kitab Wahyu, si buta itu sungguh bertobat, hingga akhirnya sembuh. 

Kita pun, agar sungguh memperoleh kesembuhan dari aneka banyak hal, terutama kesembuhan dari dosa dan siksa yang diakibatkan oleh luka dosa, kita harus menjalani hidup dalam pertobatan. 

Pertobatan kita bisa dinyatakan dalam bentuk dari kurang percaya kepada Tuhan menjadi lebih kuat percaya; dari kurang mengandalkan Tuhan, menjadi lebih mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu. 

Bila demikian, kita pun pasti akan memperoleh kesembuhan sejati dalam Tuhan, hingga akhirnya memperoleh rahmat yang lebih besar. Kita juga akan sukses dalam hidup, mampu menata hidup, pekerjaan dan pelayanan lebih baik, hingga memperoleh kebahagiaan sempurna di dalam Tuhan. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Rm. Adytia Peranginangin OCarm berfoto bersama Anak-anak Sekolah di Stasi Pedalaman Aek Gambir Sirere Kabupaten Tapanuli Tengah 


Senin, 18 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Lukas 18;35-43

Saat Corectio Fraterna/evaluasi persaudaraan di biara, seorang frater marah luar biasa sampai mencela para frater yang ketiduran saat ibadat. Sang pemimpin biara langsung menepuk pundak frater tersebut sambil berkata: “Mungkin Frater lebih baik tidur juga saat ibadat dari pada marah-marah tak karuan.” 

Jangan pernah menghentikan dosa dengan perbuatan dosa. Tak jarang teguran, sekalipun maksudnya adalah baik tapi justru menghalangi belas kasih untuk berkarya. 

Dalam Injil hari ini, para sahabat dan murid Yesus yang seharusnya membantu dan menyemangati orang buta itu, malah membungkam dan menghalanginya untuk bertemu sang Juruselamat. Tidak hanya itu, mereka juga memarahinya! Namun Yesus tidak berdiam diri, melainkan datang kepada dan mengabulkan pintanya.

Saudara-saudari terkasih. Perspektif hidup si buta jauh melampaui bidang materi; ia mencari arti  keberadaannya. Sebagai pengemis, dia membutuhkan uang untuk makan, tapi yang terpenting baginya adalah menemukan Mesias, Juru Selamat. 

Dari kisah di atas, ada tiga tahap pertumbuhan iman: “Carilah Kristus, temukan Kristus, & kasihi Kristus”. Sudahkah Anda mencoba, setidaknya, pengalaman pertama?” 

Mencari Dia berarti tidak pernah berhenti menyediakan sarana untuk bertemu dengan Dia. Tidak pernah berhenti mencari Dia dalam firman dan sakramen serta perbuatan baik terhadap sesama yang merupakan cara yang memungkinkan kita untuk bertemu dengan sang Mesias.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Pelayanan Misa Kategorial SMKN Lumut Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Minggu, 17 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Markus 13:24-33


Adalah Kekebalan kognitif atau mental yakni, kemampuan seseorang untuk membedakan fakta dari fiksi dan memiliki ketahanan alami terhadap ide-ide negatif. Sistem kekebalan mental akan menyaring ide-ide dan menghilangkan ide-ide yang buruk. 

Dunia Media saat ini begitu dahsyat, membuat kita wajib berefleksi diri “Apakah kita masih memiliki cognitive immunity atau kekebalan Kognitif?” 

Ada seorang pria yang ingin viral dan rela melakukan aksi yang tak pantas. Ia rela mandi pakai air comberan agar bisa viral di media sosial (05 July 2021, 10:00 WIB Liputan 6)

Dalam Injil Minggu ini Yesus menyadarkan kemampuan manusia untuk “membaca” tanda-tanda zaman: “Dari pohon ara kamu belajar perumpamaan: apabila rantingnya melembut dan daun-daunnya bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat.” Apakah manusia juga mampu mendayagunakan kemampuannya untuk “membaca”  tanda-tanda Dia sudah dekat, Dia sudah di ambang pintu?

Saudara-saudari terkasih.

Kiamat bukanlah sesuatu yang harus terjadi. Kiamat telah terjadi. Kiamat adalah pertempuran kosmik kekuatan jahat yang berusaha menghancurkan Mesias. Proses ini terjadi di hadapan kita, di dalam keluarga kita, dan juga di dalam diri kita. Selalu ada pilihan untuk menjunjung Mesias atau meninggalkannya?

Kemampuan membuat pilihan ini kiranya hanya dapat bertumbuh bila cognitive immunity yang sudah ada di dalam diri kita, didayagunakan melalui kedekatan pada Sabda Tuhan, Latihan rohani dan persekutuan dalam Ekaristi/ibadat dan diekspresikan dalam hidup yang penuh empati terhadap sesama dan semesta. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)


RP Ignatius Purwo Suranto OSC sedang memimpin doa di Kantor Keuskupan Sibolga 


Sabtu, 16 Nopember 2024, 

Hari Biasa

3 Yoh 1:5-8

Luk 18:1-8


Saudara-saudari terkasih, lewat bacaan hari ini, Yesus mengajak kita untuk memberi perhatian tentang doa. Ada beberapa poin yang perlu kita perhatikan:

Pertama, berdoa tak jemu-jemu. Ada kalanya kita merasa bahwa doa kita tidak didengarkan atau lambat dikabulkan oleh Tuhan. Kendati kita berdoa berulangkali, mungkin terkadang ada perasaan diabaikan oleh Tuhan. Namun, Yesus mengajak kita untuk tidak pernah berhenti berdoa, sebab Tuhan pasti akan mendengarkan do akita bila kita tekun berdoa kepadaNya. 

Kedua, kemurahan hati Tuhan jauh melebihi kemurahan hati manusia. Sekalipun kita manusia adalah orang berdosa, toh memiliki kemurahan hati. 

Kemurahan hati manusia pendosa bisa kita lihat dalam diri hakim yang lalim dalam Injil. Sekalipun sang hakim lalim berhati kurang baik, toh dia berbelas kasih kepada si janda yang memohon bantuannya. Mungkin memang dia berbuat baik bukan semata-mata karena sadar arti berbuat baik, tetapi lebih pada agar tidak merasa terganggu.  

Kalau sang hakim lalim memiliki kemurahan hati, apalagi Tuhan sumber segala kerahiman, pastilah jauh lebih maha rahim dari semua manusia. Dari kemurahan hatiNya Allah akan selalu memberi kebaikan dan belas kasih kepada kita manusia.

Ketiga, berdoa untuk kebenaran. Kita berdoa bukan semata-mata untuk memohonkan kebutuhan dan kesenangan pribadi serta kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya. Kita berdoa terutama untuk penegakan kebenaran di muka bumi. 

Dalam suratNya kepada umat beriman, Rasul Yohanes (bacaan pertama), memuji para saksi iman yang rela menderita demi kebenaran. Teladan mereka mesti kita ikuti, yakni dengan terlibat dalam karya mewartakan kebenaran. Dan agar semakin terwujud, kita berdoa demi perwujudan kebenaran.

Keempat, berdoa dengan penuh iman. Berdoa berarti menyerahkan seluruh hidup dan perkaranya kepada Tuhan. Itu mungkin kalau kita percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, dan sanggup mengubah segala sesuatu. Maka, unsur hakiki dalam doa adalah iman.

Sekalipun doa kita terasa seperti belum dikabulkan oleh Tuhan, namun dengan adanya iman, kita akan sanggup melihat rencana terbaik dan terindah Tuhan dalam segala situasi dan pergumulan kita sendiri. Maka, kita harus sungguh berdoa dengan iman, sekaligus memohon agar Tuhan menambahkan iman kepada kita. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget